Fotografi pada Desain Komunikasi Visual, Dasar-dasar Teknik Fotografi, dan Komposisinya

Pentingnya Fotografi bagi Mahasiswa DKV, beserta Teknik Dasar Fotografi, dan Komposisinya

Hi, gimana kabarnya? Ketemu lagi di blog saya kali ini. Kalian mungkin sudah tau bahkan familiar dengan fotografi, kalau fotografi itu penting banget dalam dunia desain grafis, apalagi kalo kamu belajar di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV). Nah, dari beberapa jurnal yang sudah saya baca, jadi sebenarnya apa sih peran penting fotografi dalam DKV? Kita akan bahas itu mulai dari dasar-dasarnya, seperti teknik-teknik dasar fotografi yang harus kamu kuasai, sampai ke konsep-konsep komposisi yang bisa bikin foto kamu jadi luar biasa. Keren banget, kan?


Jurnal 1 

Penulis Jurnal: Prayanto Widyo Harsanto

Judul Jurnal: FOTOGRAFI DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL (DKV)


Teori

Di era visual seperti saat ini audiens lebih senang melihat visual/ foto yang menarik dibanding banyak tulisannya. Gambar mempunyai kekuatan menarik perhatian secara langsung dan memiliki pengaruh yang besar dalam peran persuasi dari sebuah iklan, dibandingkan iklan yang hanya mengandalkan kekuatan teks (Baker, 1961:57). Penemuan teknik fotografi oleh Niepce dan Daguerre pada tahun 1839 menjadi penanda bahwa alat ini sangat memungkinkan untuk menggantikan teknik-teknik ilustrasi yang sebelumnya digunakan dalam iklan cetak.


Perkembangan dunia fotografi saat ini sangat cepat dan pesat. Saat ini merupakan era yang masyarakatnya beranggapan bahwa memotret dapat dilakukan lebih mudah atau secara instan, ibaratnya tinggal pencet, gambar sudah jadi. Paradigma dan cara pandang tentang fotografi yang berubah juga berimbas pada dunia pendidikan, dalam hal ini di DKV. 


Metode

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif melalui kegiatan observasi, wawancara, dan studi literature.


Hasil Dan Pembahasan

Pembuatan foto atau pemotretan yang dilakukan mahasiswa di prodi DKV lebih menekankan pada tujuan utama bahwa foto sebagai karya komunikasi visual dan dapat difungsikan untuk kepentingan desain komunikasi visual. Fotografi bagi DKV adalah hal yang sangat penting dan dibutuhkan sebagai salah satu elemen visual. Seperti pada media cetak, misalnya untuk kalender, brosur, leaflet, iklan koran, iklan majalah, poster dan banyak lagi, hal tersebut dapat kita lihat dan cermati dari media komunikasi visual yang ada di lapangan, baik yang berbentuk media cetak peran foto masih dominan. Dalam hal ini sebuah karya fotografi dimanfaatkan dalam DKV/desain grafis sebagai elemen ilustrasi dalam media cetak seperti iklan cetak karena reliability dalam tampilannya dan dapat meyakinkan konsumen/komunikan. Dengan kata lain karya fotografi lebih komunikatif secara visual. 


Jurnal 2 

Penulis Jurnal: Agnes Paulina Gunawan

Judul Jurnal: PENGENALAN TEKNIK DASAR FOTOGRAFI


Teori

Pengetahuan mengenai teknik dasar fotografi hingga saat ini masih sama dan masih bisa diaplikasikan ke semua jenis kamera yang ada di pasaran. Sehingga tidak ada salahnya untuk mempelajari teori atau teknik fotografi, sebab prinsip kerja dari semua kamera di pasaran masih berdasar dengan teori dan prinsip dasar yang sama.  Dengan segala kondisi inilah, seseorang sebaiknya menguasai teknik dasar fotografi agar bisa menjadi fotografer yang mampu menghasilkan foto yang baik dan berkualitas dengan keterampilan profesional.


Metode Penelitian

Penulisan ini disusun sebagai hasil dari penelitian kualitatif dengan pendekatan melalui metode studi literatur.


Hasil dan Pembahasan

Aspek yang terpenting dalam fotografi adalah cahaya. Bila tidak ada cahaya, karya fotografi tidak akan terbentuk. Sesedikit apapun keberadaan cahaya dalam proses pembuatan karya fotografi pasti bisa menghasilkan karya fotografi. Teknik dasar fotografi yang berkaitan dengan fitur-fitur penting yang biasanya selalu terdapat dalam sebuah kamera, yaitu diafragma (bukaan lensa), shutter speed (kecepatan tirai rana), dan pengaturan ISO (kepekaan sebuah film). 

  1. Diafragma, adalah bagian dari lensa yang merupakan bagian masuknya cahaya menuju kamera. Diafragma dapat diatur besar kecil lubangnya sehingga dapat mengatur banyak atau sedikit cahaya yang masuk ke kamera. Posisi besar kecilnya diafragma ini biasanya ditentukan dengan angka (f 1.4 – f 2 – f 2.8 – f 4 – f 5.6 – f 8 – f 11 – f 16 – f 22). Namun yang perlu diingat adalah semakin besar angka diafragma, ukuran posisi bukaan diafragmanya semakin kecil.

  2. Shutter Speed atau Kecepatan Tirai Rana, mengatur banyaknya cahaya berdasarkan cepat atau lambatnya cahaya tersebut melewati shutter atau tirai rana saat terbuka. Perbedaan kecepatan pada shutter speed ini dapat diatur dengan angka 1 , ½ , 1/4 , 1/8 , 1/15 , 1/30 , 1/60 , 1/125, 1/250 , 1/500 , 1/1000 , 1/2000 , 1/4000 , 1/8000. Dalam sistem kerjanya makin besar angka shutter speed tentu saja makin cepat proses shutter tersebut membuka dan menutup. Semakin lama shutter terbuka, maka kondisi yang terjadi adalah cahaya yang menerangi film makin banyak dan gerakan objek yang terekam akan semakin banyak juga. Sehingga makin banyak gerakan objek yang terekam dalam suatu foto, maka objek tersebut akan terlihat makin tidak fokus atau blur. Bila makin cepat shutter speed yang digunakan oleh seorang fotografer saat memfoto objek yang bergerak maka fotografer tersebut dapat ‘membekukan gerakan objek’ tersebut. Sehingga objek yang sedang bergerak dan difoto dengan shutter cepat tadi akan menampilkan gerakan objek yang terhenti dan dapat diabadikan dalam foto 2 dimensi.

  3. ISO atau Kepekaan Film terhadap Cahaya, Singkatan ISO adalah International Standard Organization. Angka-angka ISO yang sering dipakai yaitu: 80, 100, 200, 400, 800, 1600, dan 3200. Angka-angka ini makin besar angkanya, makin sensitif terhadap cahaya, sehingga makin besar angka ISO-nya makin sedikit pula cahaya yang dibutuhkan dalam pemotretan dibandingkan dengan kondisi yang sama dengan ISO yang lebih rendah. Efek dari angka ISO ini terhadap film atau hasil karya fotografi adalah semakin tinggi angka ISO-nya hasil pemotretannya akan tampak lebih kasar atau lebih sering disebut dengan istilah grain seperti bintik-bintik pada karya foto, sehingga tampilan foto menjadi lebih kasar, dibanding dengan memakai ISO lebih rendah, yang membutuhkan cahaya lebih banyak saat pemotretan. Untuk menentukan besarnya cahaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan pencahayaan yang pas atau normal exposure tadi, fotografer harus membaca alat pengukur cahaya yang terdapat dalam fitur kamera terutama kamera SLR. Alat pengukur ini lebih sering disebut lightmeter. Alat ini akan memberikan panduan agar kombinasi shutter speed dan diafragma yang dipakai apakah sudah pas, kelebihan atau malah kekurangan cahaya. 


Jurnal 3

Penulis Jurnal: Yekti Herlina

Judul Jurnal: KOMPOSISI DALAM SENI FOTOGRAFI


Teori

Fotografi merupakan sebuah media yang digunakan untuk mendokumentasikan suatu momen penting. Untuk memperoleh foto-foto yang menawan, diperlukan kemahiran (ketrampilan) teknis. Mutu teknis tergantung pada teknologi/teknik fotografi (peralatan fotografi, proses cuci cetak foto, dan material foto), sedangkan mutu artistik (visual) sangat dipengaruhi oleh pengertian dan kepekaan fotografer tentang bagaimana memandang subjek dan mendapatkan daya tarik yang optimal, komposisi yang akan ditampilkan, serta bagaimana menampilkan suasana yang diinginkan.


Metode Penelitian

Penulisan ini disusun sebagai hasil dari penelitian kualitatif dengan pendekatan melalui metode studi literatur.


Hasil dan Pembahasan

Komposisi adalah rangkaian elemen gambar dalam suatu ruang/format. Dengan komposisi yang baik, foto akan lebih efektif menampilkan pesan pembuatnya dan menimbulkan dampak yang lebih kuat. Pemilihan komposisi merupakan pilihan pribadi fotografer. Beberapa komposisi untuk menentukan susunan gambar yang efektif, sepeti aturan tiga (rule of thirds); garis yang membentuk tepi bingkai gambar karena garis ini yang mengisolasi bidang gambar yang terekam dari seluruh adegan; kedalaman yang akan menimbulkan ilusi jarak dengan menciptakan ruang yang tidak ada dalam bidang gambar; dalam sebuah foto juga diperlukan keseimbangan visual; Suatu irama yang berbentuk pengulangan garis, tekstur, bentuk, dan warna dalam gambar, seperti pola jendela bangunan, teras sawah dan gelombang lautan; Dalam mengambil gambar perlu diperhatikan apakah latar belakang menganggu objek utama atau tidak; terakhir format, untuk melakukan sedikit perbaikan komposisi, lakukanlah cropping disaat pemotretan dengan subjek utama memenuhi bingkai gambar. 


KESIMPULAN

Dari tiga jurnal yang disajikan, fotografi lebih diminati karena di era visual ini audiens lebih senang melihat foto dibanding tulisan. Apalagi untuk mahasiswa DKV fotografi adalah elemen visual penting dalam DKV, karena dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang foto untuk dapat digunakan sebagai komunikasi, bisa dibilang fotografi lebih komunikatif secara visual. Maka dari itu mahasiswa DKV perlu mengetahui beberapa teknik dasar fotografi yang selalu terdapat dalam sebuah kamera, yaitu yang pertama ada diafragma (bukaan lensa) adalah bagian masuknya cahaya menuju kamera, shutter speed (kecepataan tirai rana) yang mengatur banyaknya cahaya berdasarkan cepat atau lambatnya cahaya, dan ada juga ISO atau kepekaan film terhadap cahaya. Setelah mengetahui teknik dasar pada fotografi, mahasiswa DKV juga perlu melatih komposisi yang baik, walaupun komposisi merupakan pilihan pribadi fotografer, tetapi kita dapat menentukan susunan foto yang lebih efektif. Seperti, rule of thirds, dalam foto kita juga dapat menciptakan keseimbangan visual, irama seperti garis, tekstur, bentuk, dan warna. Terakhir perlu diperhatikan, apakah latar belakang objek mengganggu objek utama atau tidak, perhatikan juga format sesuai objek yang difoto.

DAFTAR PUSTAKA
Harsanyo, Prayanto Widyo. 2017. "Fotografi dalam Desain Komunikasi Visual (DKV)". Vol. 15, No. 2, (hlm. 140 - 148). FSR Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Gunawan, Agnes Paulina. 2013. "Pengenalan Teknik Dasar Fotografi" Vol.4 No.1 (hlm. 518-527). School of Design, Binus University.

Herlina, Yekti. 2007. "Komposisi dalam Seni Fotografi" VOL.9, NO. 2, (hlm. 82-88). Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya dan Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya.



Komentar